Waduk Cirata – Sejarah, KesempatanDan Kondisi Ketika Ini
Waduk Cirata ialah salah satu dari trio waduk ternama di Indonesia (Waduk Jatiluhur, Cirata, dan Saguling). Bendungan Cirata berupa genangan air yang sungguh luas atau disebut danau yang mengaliri tiga kabupaten, yakni Cianjur, Purwakarta, dan Kabupaten Bandung Barat.
Waduk ini menopang acara Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) paling besar se-Asia Tenggara, sekaligus menjadi kawasan untuk budidaya perikanan, pertanian, pengendali debit air, sampai transportasi air.
Sejarah Waduk Cirata
Setidaknya ada 5.000 tenaga Indonesia dan gila yang bahu-membahu menyokong pembangunan Waduk Cirata yang dimulai pada tahun 1982 hingga 1987 ini. Proses pembangunannya dijalankan dengan cara membendung sungai Citarum. Waduk Cirata mencakup daerah seluas 43.777,6 ha yang terbagi menjadi kawasan daratan seluas 37.577,6 ha dan kawasan perairan seluas 6.200 ha.
Pada tahun 1987, beberapa desa yang masuk dalam kawasan proyek pembangunan Cirata terhapus dari peta, tenggelam dalam genangan air Sungai Citarum dan Sungai Cisokan.
Secara tidak eksklusif, kondisi ini melahirkan banyak pergantian ekosistem dari semula berupa ekosistem daratan dan perairan mengalir (lentic), bermetamorfosis ekosistem perairan tergenang (lotic) dengan volume air maksimum sebanyak ± 2.165 juta meter kubik.
Pembangunan Waduk Cirata digagas dengan tujuan untuk memenuhi keperluan listrik di daerah Jawa-Bali. Hal ini dikarenakan Sungai Citarum memiliki potensi sumber daya air yang sangat besar. Potensi inilah yang dimanfaatkan oleh PLTA Cirata sehingga menjadi PLTA paling besar se-ASEAN.

Kondisi Alam Waduk Cirata
Danau Cirata yang berupa genangan air (sering disebut penduduk sebagai danau) yang super luas ini dikelilingi oleh perbukitan. Bentangan alam tersebut membuatnya selaku kawasan dengan potensi wisata yang cukup besar. Tentu saja alasannya adalah keindahan danaunya yang damai dan sering terdapat kabut tipis yang menyelimuti perbukitan.
Waduk Cirata memiliki Daerah Pengaliran Sungai (DPS) seluas 4.119 kilometer persegi. Terbagi dalam 5 anak sungai, ialah Cicendo, Cimeta, Cisokan, Cibalagung, dan Cikundul.
Genangan air Danau Cirata ialah limpahan ajaran air dari Waduk Saguling yang berada di kawasan yang lebih tinggi dari Danau Cirata. Aliran air ini yang dimanfaatkan untuk aktivitas PLTA Saguling.
Sama mirip pedoman air Waduk Saguling, ajaran air yang ditampung oleh Danau Cirata juga dimanfaatkan untuk memutar turbin PLTA Cirata. Selanjutnya, dari Waduk Cirata air mengalir ke Waduk Jatiluhur dan dimanfaatkan pula untuk aktifitas PLTA Jatiluhur.
PLTA Waduk Cirata
PLTA Cirata berdiri di daerah pemikiran sungai (DAS) Citarum, tepatnya di Desa Tegal Waru, Kecamatan Plered, Kabupaten Purwakarta, Provinsi Jawa Barat. PLTA ini dioperasikan oleh anak perusahaan PT Perusahaan Listrik Negara (PT PLN persero), ialah PT Pembangkitan Jawa Bali (PT PJB).

Mengapa menentukan Sungai Citarum? Seperti dikenali, tempat Sungai Citarum memiliki kondisi alam yang manis (subur), dikelilingi perbukitan dan sering kali menerima curah hujan yang tinggi sampai 1.895-2.250 mm per tahunnya. Tentu kondisi ini menjadi kesempatantenaga air yang besar di Sungai Citarum dan sungguh tepat bila dimanfaatkan untuk menunjang aktivitas Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), dalam hal ini PLTA Cirata.
PLTA Cirata dilengkapi dengan konstruksi power house berlantai empat di bawah tanah yang berkapasitas sebesar 8 x 126 Megawatt (MW) atau bertotal kapasitas terpasang sebesar 1.008 Megawatt (MW). Total kapasitas ini berisikan Cirata I dan Cirata II. Cirata I berisikan 4 unit dengan masing-masing daya terpasang sebesar 126 MW. Cirata I mulai beroperasi pada tahun 1988, dengan daya terpasang 504 MW.
Sama mirip Cirata I, Cirata II juga terdiri dari 4 unit dengan masing-masing daya terpasang sebesar 126 MW. Cirata II mulai dioperasikan pada tahun 1997 dengan daya terpasang sebesar 504 MW.
Baik Cirata I maupun Cirata II memiliki kesanggupan untuk memproduksi energi listrik rata-rata sebesar 1.428 GWh per tahun. Energi listrik ini lalu disalurkan melalui jaringan transmisi tegangan tambahan tinggi 500 KV ke sistem interkoneksi Jawa-Madura-Bali (Jamali), yang diatur oleh dispatcher PLN Pusat Pengatur Beban (P3B).
Untuk menyuplai metode Jawa-Bali tersebut, Cirata memikul beban puncak yang beroperasi pada pukul 17.00-22.00 WIB dengan moda operasi LFC (load frequency control). Moda ini memiliki kemudahan line charging. Artinya, kalau metode Jawa-Bali mengalami black out dan start up, operasi / sinkron ke jaringan 500 KV relatif cepat, kurang lebih cuma butuh waktu lima menit saja.
Potensi Waduk Cirata
Awal mula pembangunan Danau Cirata memang difungsikan untuk menunjang acara PLTA Cirata, guna menyuplai keperluan energi listrik di daerah Jawa-Bali. Namun seiring waktu, donasi Waduk Cirata berkembang menjadi daerah budidaya perikanan, pertanian, sampai tujuan wisata penduduk .

1. Wisata Alam
Dengan genangan air yang begitu luas dan hening, serta daerah perbukitan yang hijau, sesekali diselimuti kabut tipis yang bergerak lembut, pasti tidak ada yang bisa menolak undangan Waduk Cirata untuk singgah sejenak. Apalagi kalau ada potensi untuk menelusuri danau dengan memakai bahtera. Tak heran, banyak penduduk yang menentukan berwisata ke Waduk Cirata.
2. Wisata Pendidikan
Selain menjelajahi pesona alam di sekitar area Waduk Cirata, masyarakat juga bisa mempergunakan untuk rekreasi pendidikan. Menelusuri proses budidaya ikan dan pertanian contohnya, atau mendatangi Galeri Sejarah yang sengaja didirikan oleh PLTA Cirata untuk bahan edukasi penduduk .
Setiap hadirin Danau Cirata, diperbolehkan mengunjungi galeri tersebut, dan menikmati sejarah yang terekam dalam bentuk foto.
3. Wisata Kuliner
Setelah puas berkeliling dan mencar ilmu banyak hal, kurang lengkap kalau tidak mencicipi kuliner setempat. Di sekitar Waduk Cirata, ada aneka macam tempat masakan yang mampu dicoba.
Salah satu yang paling populer yaitu lokasi masakan Buangan. Jaraknya sekitar 3 kilometer dari pusat bendungan. Banyak turis yang menikmati nasi liwet khas Sunda lengkap dengan ikan bakar atau ikan goreng dan pastinya sambal pete. Semakin lezat dengan view danau dan perbukitan yang mengelilingi cirata.
Kondisi Waduk Cirata Saat Ini
Lalu, bagaimana keadaan Danau Cirata yang telah beroperasi 30 tahun ini? Kualitas air Waduk Cirata dikala ini sungguh buruk. Dari hasil penelusuran oleh aneka macam tim peneliti, ditarik kesimpulan bahwa air waduk telah mengalami pencemaran berat dan sedimentasi. Sedimentasi rata-rata mencapai 5,6 juta meter kubik per tahun, hal ini mempunyai pengaruh pada penurunan kesanggupan waduk dalam menyimpan air.

Selain itu, air di Waduk Cirata juga telah tercemar logam berat yang diperkirakan disebabkan oleh limbah sejumlah industri di tempat aliran (DAS) Citarum & Cisokan di Bandung; Cimahi; Bandung Barat; dan Cianjur yang ditengarai mengalir pula ke Danau Cirata.
Ditambah dengan limbah organik sisa pakan ikan dan limbah perumahan di sekeliling Danau Cirata. Setidaknya lebih dari 5.000 ton pakan ikan disebar di sepanjang aliran air Waduk Cirata setiap panen.
Dengan jumlah sebesar itu, tidak semuanya mampu disantap oleh ikan. Akibatnya, sisa pakan ikan terbuang ke dasar waduk dan menjadikan sedimentasi. Jumlah sedimentasi balasan sisa pakan tersebut bahkan jumlahnya lebih besar dari pada sedimentasi karena aspek alami. Hingga ketika ini, mutu air di Waduk Cirata masih menjadi polemik dan pekerjaan rumah bagi para pemangku kepentingan.
Comments
Post a Comment